Ketika
ia dilahirkan ia masih bisa melihat hingga usia delapan tahun, tetapi
karena kena penyakit akhirnya ia menjadi buta total dan tidak bisa
melihat lagi. Tentu Anda bisa membayangkan bagaimana perasaannya kalau
dengan seketika dunianya menjadi gelap gulita, seakan-akan layar tabir
kehidupannya ditutup, sehingga ia tidak bisa melihat dan menikmati lagi
keindahan alam ini. Ia menjalani sisa kehidupannya sebagai seorang
tunanetra.
Walaupun
demikian ia merasa beruntung, karena telah bisa mendapatkan pasangan
hidup, seorang wanita yang tidak buta tetapi bersedia untuk dijadikan
istrinya. Kenapa wanita ini memilih seorang tuna netra sebagai calon
suami? Karena wajah wanita itu sendiri telah rusak kebakar, sehingga ia
tidak bisa mendapatkan seorang suami, jangankan untuk mendapatkan jodoh,
pergi keluar rumahpun ia sering sekali menjadi bahan ejekan dan
tertawaan orang, bahkan anak kakaknya sendiri yang masih kecil merasa
takut melihat wajahnya. Oleh sebab itulah ia mencari seorang suami yang
tidak menilai dia dari segi wajahnya, ia mencari suami yang bisa
mengasihi dia bukan berdasarkan dari segi penampilan luarnya.
Mereka
berdua bisa hidup bahagia dengan penuh keharmonisan dan kasih sayang
bahkan mereka telah dikaruniakan dua orang anak sehat. Pada suatu hari
iaan pulang dengan perasaan riang gembira: "Mam, aku punya satu surprise
yang sangat menyenangkan?"kata ia, "Aku akan bisa melihat lagi, masa
gelap
hidup saya akan berakhir!"ucap ia kembali. Baginya ini merupakan hadiah
yang terindah dan terbesar yang Tuhan akan berikan selama hidupnya.
Maklumlah
karena hal inilah yang ia impi-impikan dan yang ia dambakan di dalam
kehidupannya. Tiap hari ia berdoa berkali-kali kepada Tuhan, dan memohon
agar sekali saja di dalam hidupnya, walaupun hanya untuk beberapa detik
sekalipun juga untuk bisa melihat wajah istri dan anak-anaknya yang
tercinta. Rupanya Tuhan telah mengabulkan doanya dimana dalam waktu yang
dekat ini ia akan bisa melihat lagi seperti sediakala. Seorang dokter
ahli mata dari Jerman, telah menyatakan kesediaannya untuk
mengoperasinya, sehingga akhirnya ia bisa melihat lagi. Berdasarkan
hasil pemeriksaan dokter yang menyatakan bahwa dokter yakin bisa
menolongnya sehingga ia bisa melihat lagi. Dan minggu yang akan datang
ia sudah bisa di operasi.
Apakah
Anda bisa membayangkan, bagaimana perasaan ia setelah 22 tahun buta,
akhirnya ia akan bisa melihat lagi? Ia akan bisa melihat kembali, semua
keindahan alam yang pernah ia lihat sebelumnya selama 8 th, bagaimana
hijaunya rumput itu, bagaimana birunya langit. Ia akan bisa melihat dan
menikmati lagi isi dunia ini dengan segala macam warna yang indah-indah,
tetapi yang lebih penting dari segala-galanya ialah ia akan bisa
melihat wajah istri dan anak-anaknya yang terkasih, yang belum pernah ia
lihat selama hidupnya.
Apakah
surprise ini menyenangkan istrinya? Disatu pihak ia merasa senang kalau
suaminya bisa melihat kembali, tetapi dilain pihak ia merasa sangat
takut sekali. Ia merasa takut, apakah kehidupan kekeluargaan mereka akan
bisa tetap berjalan seperti sediakala dengan penuh kasih dan
keharmonisan? Ia takut perkawinannya akan menjadi kandas, ia takut rumah
tangganya akan menjadi hancur. Ia merasa takut, bagaimana kalau
suaminya nanti melihat wajahnya yang buruk dan sudah rusak ini. Ia
merasa takut suaminya tidak akan bisa dan mau mengasihinya lagi, bahkan
ia takut di tinggal oleh suaminya, karena penampilan luarnya yang buruk
dan rusak terbakar. Bahkan ia berdoa kepada Tuhan memohon pengampunan
dosa, karena ia merasa bersalah, sebab ia tidak mampu berbagi rasa dan
bisa turut merasakan perasaan gembira bersama suaminya. Ia merasa
perasaan egoisnya terlalu besar, karena ia terlalu mengasihi suaminya.
Perasaan
gembira bahwa suaminya akan bisa melihat kembali, telah di tutup oleh
rasa takut tak terhingga. Apakah salah kalau ia sangat mengasihi
suaminya? Apakah salah kalau ia merasa takut ditinggal oleh suaminya?
Walaupun demikian ia tidak mau mengungkapkan perasaan ini kepada
suaminya, ia tetap pendam di dalam hatinya.
Semakin
mendekati hari H, dimana ia akan bisa melihat kembali, semakin senang
perasaan ia, bahkan kawan2 maupun tetangganya sekampung sudah mengetahui
berita bahagia ini dan semuanya turut mengucapkan selamat dan turut
menyatakan kebahagiaan mereka, hanya istrinya seorang semakin mendekati
hari H, semakin cemas ia rasakan dan rasa takutnyapun semakin besar.
Istrinya tetap tidak mau mengungkapkan perasaannya, karena ia tidak mau
merusak kebahagiaan maupun harapan dari suaminya. Walaupun ia tidak
mengucapkannya, tetapi hal ini terasakan sekali oleh suaminya, karena
istrinya yang tadinya periang seolah-olah berubah menjadi semakin
pendiam dan sering melamum.
Hari
H pun tiba, sejak jam empat pagi ia sekeluarga telah bangun, karena
bagi ia hari ini adalah hari yang terindah di dalam kehidupannya. Dan
juga seperti persyaratan dari dokter sejak kemarin ia sudah puasa tidak
makan maupun minum lagi. Tepat jam 8.00 pagi bel bunyi rumah bunyi,
rupanya supir taksi yang akan menjemput ia telah tiba, ia berjalan
keluar untuk membukakan pintu, tetapi istrinya pergi ke kamar tidur
untuk berdoa sambil menangis. Ia tidak mau dan tidak bisa pamit lagi
dari suaminya, karena perasaan takutnya sudah tidak tertahankan lagi.
Pada
saat ia berlutut dan berdoa, sambil berlinang air matanya keluar,
tiba-tiba ia merasakan belaian tangan yang membelai kepalanya dari
belakang dengan penuh kasih sayang. Ternyata itu adalah tangan suaminya,
ia berkata: "Mah, saya tidak jadi pergi, saya telah membatalkan jadwal
operasinya, karena saya tidak jadi dan tidak akan mau di operasi lagi.
Bagi saya kasih sayangmu ada jauh lebih indah dan lebih berharga
daripada bisa melihat. Buat apa saya bisa melihat, kalau setelah itu
hubungan dan keharmonisan hidup kita berdua menjadi rusak. Kasih
sayangmu ada jauh lebih berharga dan lebih indah, daripada mata yang
bisa melihat lagi. Biarlah saya tetap buta sampai dengan akhir ajal
saya, yang penting kita bisa berkumpul dengan penuh kasih sayang untuk
selama-lamanyanya.
sumber: penghangathati.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar